Monday 6 April 2015

Asal Mula Danau Batur

TUGAS II
ILMU BUDAYA DASAR
“Asal Mula Danau Batur”
Dosen : Auliya Ar Rahma
Oleh : I Gusti Agung Aditya Wikan M
1C114801 / 1KA01
Sistem Informasi
Fakultas Ilmu Komputer & Tekonologi Informasi
April 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia tumbuh berbagai cerita rakyat daerah dengan corak dan budaya yang berbeda beda. Cerita rakyat itu ada yang berupa cerita binatang (fabel), asal usul suatu tempat (legenda), dan cerita tentang makhluk halus (mite).
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dan dianggap sebagai karya kolektif (milik bersama) masyarakat daerah itu. Pasti kita perna mendengar cerita Malin Kundang, Si Pahit Lidah, Roro Jonggrang, Jaka Tarub, semua cerita itu termasuk dalam cerita rakyat.
Banyak manfaat yang kita akan dapatkan dengan mendengarkan cerita rakyat. Salah satunya, kita akan memperoleh pengalaman berharga dari cerita tersebut, melalui peristiwa-peristiwayang dialami tokoh-tokohnya. Di dalam cerita rakyat terkandung pesan moral yang berguna bagi pembacanya. Pesan (amanat)dalam cerita kadang diungkapkan secara langsung, tetapi kadang diungkapkan secara tidak langsung melalui tingkah laku tokoh-tokohnya.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan apa itu karya sastra cerita rakyat.
2. Memahami sejarah cerita rakyat Kebo Iwa.

BAB II

TINJAUAN TEORI

ASAL MULA DANAU BATUR


Kebo Iwa adalah seorang raksasa yang bertubuh besar.
Tubuhnya gendut dan doyan makan. Makin hari tubuhnya
bertambah besar. Makanannya banyak sekali. Ia suka membantu
penduduk desa membuat rumah, mengangkat batu besar dan
membuat sumur. Ia tidak minta imbalan apa-apa, hanya saja
penduduk desa harus menyediakan makanan yang cukup
untuknya.
Jika sampai dua hari Kebo Iwa tidak makan maka ia akan marah.
Jika marah ia akan mengamuk dan merusak apa saja yang ada di
depannya. Tak peduli rumah atau pura akan dirusaknya. Kebun
dan sawah juga dirusaknya.
Karena tubuhnya sangat besar, makannya pun sangat banyak.
Porsi makan Kebo Iwa sama seperti menyiapkan makanan
seratus orang. Walau penduduk desa sudah tidak membutuhkan
tenaganya, mereka harus tetap menyediakan makanan untuk
Kebo Iwa. Karena jika Kebo Iwa lapar ia akan marah dan
menghancurkan apa saja.
Hingga tibalah musim kemarau. Semua lumbung padi milik
penduduk mulai kosong. Beras dan bahan makanan lain mulai
sulit diperoleh. Setelah sekian lama, hujan tidak kunjung dating.
Penduduk mulai khawatir keadaan Kebo Iwa. Sebab, jika ia lapar
pasti akan mengamuk.
Benar saja kekhawatiran penduduk. Suatu hari Kebo Iwa merasa
lapar, tapi makanan belum siap karena persediaan penduduk desa
sudah habis. Jangankan untuk Kebo Iwa, untuk mereka makan
sendiri saja sudah tidak ada.
Kebo Iwa pun marah dan mengamuk. Ia menghancurkan
rumah-rumah milik penduduk. Pura sebagai tempat ibadah juga
tidak luput dari amukan Kebo Iwa.
Penduduk melarikan diri ke desa tetangga. Tapi Kebo Iwa terus
mengejar sambil berteriak-teriak, “Mana makanan untukku! Atau
kalian lebih suka kuhancurkan!”
Kebo Iwa semakin ganas. Ia tidak hanya menghancurkan
bangunan, tetapi juga memakan hewan-hewan ternak milik
penduduk. Para penduduk pun juga menjadi korban keganasan
Kebo Iwa.
Melihat kerusakan yang ditimbulkan Kebo Iwa maka penduduk
menjadi kesal dan marah. Mereka mengatur siasat untuk
membunuh Kebo Iwa. Mereka mengajak berdamai Kebo Iwa.
Dengan segala macam cara akhirnya mereka bisa
mengumpulkan makanan yang banyak lalu mendekati Kebo Iwa.
Pada saat itu Kebo Iwa baru saja menyantap seekor kerbau. Ia
kekenyangan dan berbaring di atas rumput.
“Hai Kebo Iwa …!” tegur Kepala Desa.
“Ada apa? Mau apa kalian mendekatiku?” tanya Kebo Iwa dengan
curiga.
“Sebenarnya kami masih membutuhkan tenagamu. Rumah-
rumah dan pura banyak yang kau hancurkan. Bagaimana kalau
kau membantu kami membangunnya kembali. Kami akan
menyediakan makanan yang banyak untukmu sehingga kau tak
kelaparan lagi,” kata Kepala Desa.
“Makanan …? Kalian akan menyediakan makanan yang enak
untukku?” mata Kebo Iwa berbinar mendengar kata makanan.
“Aku setuju … aku akan buatkan untuk kalian!”
Kebo Iwa senang, tidak curiga sedikit pun. Keesokan harinya,
Kebo Iwa mulai bekerja. Dengan waktu yang terhitung singkat,
beberapa rumah selesai dikerjakan oleh Kebo Iwa. Sementar itu,
para warga sibuk mengumpulkan batu kapur dalam jumlah bear.
Kebo Iwa merasa bingung mengapa para warga sangat banyak
mengumpulkan batu kapur. Padahal kebutuhan batu kapur untuk
rumah dan pura sudah cukup.
“Mengapa kalian mengumpulkan batu kapur begitu banyak?”
tanya Kebo Iwa.
“Ketahuilah Kebo Iwa. Setelah kamu selesai membuat rumah dan
pura milik kami, kami akan membuatkanmu rumah yang besar
dan sangat indah,” kata Kepala Desa.
Kebo Iwa sangat senang mendengarnya. Tidak ada kecurigaan
sedikit pun darinya. Ia semakin semangat membantu warga.
Hanya dalam beberapa hari, rumah-rumah dan pura milik
penduduk selesai dikerjakan. Pekerjaannya hanya tinggal
menggali sumur besar. Pekerjaan ini memakan waktu cukup
lama dan memerlukan lebih banyak tenaga. Kebo Iwa
menggunakan kedua tangannya yang besar dan kuat untuk
menggali tanah sampai dalam. Semakin hari lubang yang
dibuatnya semakin dalam. Tubuh Kebo Iwa pun semakin turun
ke bawah. Tumpukan tanah bekas galian yang berada di mulut
lubang pun semakin menggunung. Karena kelelahan, Kebo Iwa
berhenti untuk istirahat dan makan. Ia makan sangat banyak.
Karena kelelahan setelah makan ia mengantuk, ia pun tertidur
dengan mengeluarkan suara dengkuran yang sangat keras.
Suara dengkuran Kebo Iwa terdengar oleh para penduduk yang
sedang berada di atas sumur. Akhirnya, para penduduk segera
berkumpul di tempat lubang sumur tersebut. Mereka melihat
Kebo Iwa sedang tertidur pulas di dalamnya. Pada saat itulah
Kepala Desa memimpin warganya untuk melemparkan batu
kapur yang sudah mereka siapkan sebelumnya ke dalam sumur.
Karena tertidur lelap, Kebo Iwa belum tidak menyadari dirinya
dalam bahaya.
Ketika air di dalam sumur yang bercampur kapus sudah mulai
meluap dan menyumbat hidung Kebo Iwa, barulah raksasa itu
tersadar. Namun, lemparan batu kapur dari para warga semakin
banyak. Kebo Iwa tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun
memiliki badan sangat besar dan tenaga yang sangat kuat, ia
tidak mampu melarikan diri dari tumpukan kapur dan air sumur
yang kemudian menguburnya hidup-hidup. Kebo Iwa
menggelepar-gelepar selama beberapa saat, gerakannya
menimbulkan gempa sesaat tapi kemudian reda dan diam.
Kiranya Kebo Iwa telah tewas terkubur di dalam sumur.
Sementara itu air sumur semakin lama semakin meluap. Air
sumur itu membanjiri desa dan membentuk danau. Danau itu
kini dikenal dengan nama Danau Batur. Sedangkan timbunan
tanah yang cukup tinggi membentuk bukit menjadi sebuah
gunung dan disebut Gunung Batur.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan : Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita namun turut menentukan bentuk dan isi suatu karya/cerita.

B. Saran : Jangan bosan untuk membaca atau mendengarkan cerita rakyat, karena kita bisa mendapat banyak manfaat dari cerita tersebut.


1 comment:

  1. trimakasih infonya...
    sangat menarik dan bermanfaat...
    mantap...
    kunjungi balik yah : http://inibos.com
    .

    ReplyDelete